Melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008, telah ditetapkan tanggal 28 November sebagi Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan bulan Desember sebagai Bulan Menanam Nasional (BMN). Sementara pada aras dunia, sudah jauh lebih lama lagi, tanggal 21 November ditetapkan sebagai Hari Pohon Internasional (World Tree Day).
Bulan November dan Desember bagi Indonesia, sebagai negara agraris dan daerah tropis adalah musim hujan. Pada saat-saat inilah waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan menanam, baik bercocok tanam tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Tanaman semusim merupakan sumber bahan pangan pokok meliputi padi, jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian dan sayur-sayuran. Sedangkan tanaman tahunan merupakan komoditi perdagangan atau perekonomian bernilai ekonomi tinggi, yang meliputi tanaman buah-buahan, perkebunan dan kehutanan.
Keadaan sampai dengan sekarang ini masyarakat kita di Indonesia, karena umumnya bermatapencaharian sebagai petani, maka masih konsentrasi untuk bercocok tanam tanaman semusim saja. Mereka belum memberikan perhatian serius yang sama untuk menanam tanaman tahunan.
Tanaman tahunan, apapun bentuk, jenis dan varietasnya, adalah pohon. Fungsi dan manfaat pohon ini sangat urgen dan vital bagi keberlangsungan hidup makhluk hidup di muka bumi ini. Oleh karena itu, momentum peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional tersebut, perlu kita maknai dengan menjadi pelopor dan memberikan keteladanan untuk melaksanakan gerakan menanam pohon supaya membudaya dalam kehidupan masyarakat kita.
Manfaat Pohon Sangat Vital
Melalui literasi yang dicatat oleh para ahli biologi, kimia, lingkungan hidup, pertanian dan kehutanan, baik berdasarkan pengalaman maupun hasil penelitian mereka, terungkap jelas bahwa pohon mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat vital bagi kehidupan manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya, serta lingkungan hidup global. Penulis merangkum sekurang-kurangnya ada lima manfaat penting dan strategis pohon bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Pertama, pohon menghasilkan oksigen (O2) pada siang hari. Oksigen ini merupakan sumber kehidupan, unsur senyawa esensial yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan hewan dalam proses respirasi, saat bernapas. Kekurangan pasokan oksigen saja manusia dan hewan sudah menderita sakit dan sesak napas. Apalagi tanpa oksigen sama sekali, manusia dan hewan tidak dapat melangsungkan proses kehidupannya alias mati.
Dalam sehari setiap pohon menghasilkan oksigen rata-rata 1,2 kg. Tapi khusus untuk pohon Trembesi (Ki Hujan) sendiri, dapat menghasilkan 78 kg oksigen perhari. Menurut hasil penelitian Mohammad Harroel Thayib, pakar lingkungan Universitas Indonesia, yang dikemukakannya pada 2015, satu pohon jika dikonversi ke rupiah, rata-rata bisa menghasilkan oksigen senilai Rp. 1.174.000 perhari.
Sementara dalam sehari manusia rata-rata menghirup oksigen sebanyak 0,5 kg. Bisa dibayangkan dalam sehari, sebatang pohon bisa mensuplai oksigen atau menghidupi manusia sebanyak tiga orang.
Kedua, pohon menyerap karbon dioksida dan gas-gas beracun lainnya pada siang hari, saat menghasilkan oksigen. Karbon dioksida ini dihasilkan oleh makhluk hidup, termasuk manusia dan tumbuhan, serta dunia industri dan kendaraan bermotor melalui asap sisa pembakarannya. Karbon dioksida ini merupakan unsur senyawa yang mempunyai andil besar terhadap krisis dan kerusakan lingkungan hidup global, seperti penipisan lapisan ozon yang berdampak pada meningkatnya panas bumi dan kondisi iklim yang tidak stabil belakangan ini.
Ketiga, akar pohon menyerap air hujan yang masuk ke dalam tanah, mengikat air tanah, dan mencegah air meluap menjadi banjir saat musim hujan. Air yang diikat oleh pohon ini menyumbang andil besar munculnya mata air atau sekurang-kurangnya menjaga stabilitas debit air pada mata air dan sungai. Air ini merupakan salah satu kebutuhan esensial manusia dan makhluk hidup lainnya yang tidak bisa ditunda ketersediaannya.
Keempat, pohon menghasilkan bunga, buah, daun, batang, kayu, akar dan biji yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan hewan. Disamping sebagai sumber makanan dan bahan bangunan rumah, juga sebagai bahan dasar obat-obatan dan potensi perekonomian.
Dan kelima pohon menjadi "rumah", tempat tinggal dan bernaung, dan "kebun", sumber bahan makanan, berbagai organisme, seperti burung, kupu-kupu, lebah, ulat dan yang tidak terlihat oleh mata telanjang.
Permasalahan Kesadaran dan Kemauan
Sesungguhnya pengetahuan masyarakat baik pada aras dunia maupun Indonesia sendiri mengenai urgensi dan vitalitas fungsi dan manfaat pohon bagi kehidupan di muka bumi ini, sudah makin meningkat dari waktu ke waktu. Namun yang menjadi permasalahan adalah peningkatan pengetahuan tersebut belum diikuti dengan makin meningkatnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk melaksanakan aksi menanam dan memelihara pohon. Hal ini merupakan kenyataan yang sedang kita hadapi sekarang ini. Disamping itu, kita juga sedang menghadapi kenyataan bahwa populasi pohon dunia bukannya makin bertambah, tapi justeru makin menurun tajam dari waktu ke waktu. Pohon-pohon tergusur atas nama kemajuan dan oleh kekuasaan pembagunan infrastruktur, pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dengan konsekuensi makin meningkatnya kebutuhan papan, dan pembalakan liar habitat hutan untuk memenuhi keserakahan kepentingan perekonomian, baik perseorangan maupun kelompok.
Perlu Gerakan Menanam Pohon
Mengingat kelangsungan hidup kita dan makhluk hidup lainnya sangat tergantung dari pohon, maka merupakan tindakan yang arif-bijaksana jika dalam semangat momentum peringatan HMPI dan BMN tahun ini, kita perlu serentak satu visi, satu niat, satu langkah dan satu tindakan untuk menyerukan dan melakukan gerakan menanam pohon. Jika setiap orang merasa terpanggil untuk menanam satu bibit pohon saja, maka sungguh merupakan suatu perbuatan yang luar biasa. Apalagi jika kita mengindahkan ajakan moral pemerintah kita agar setiap individu di Indonesia wajib menanam sekurang-kurangnya dua puluh lima pohon selama hidupnya, tentu merupakan perbuatan yang jauh lebih dahsyat lagi. Karena kita telah mempunyai andil besar dalam memelihara kehidupan di muka bumi ini. Gerakan menanam pohon tersebut perlu menjadi komitmen moral kita semua. Komitmen ini dapat dimulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah, perguruan tinggi, lembaga pemerintah, lembaga sosial dan lembaga usaha swasta serta masyarakat umum.
Untuk mewujudkannya sebetulnya tidak sulit dan juga tidak membutuhkan investasi yang besar. Bibit pohon tersedia di sekitar lingkungan kita. Tinggal cabut atau cungkil dan tanam, baik di pekarangan, lokasi mata air, daerah aliran sungai, dan kawasan kehutanan. Yang dipenting dirawat, pasti hidup karena sedang musim hujan.
Memang di sini memerlukan kesadaran, pengorbanan waktu dan tenaga, serta keteladanan atau kepahlawanan tersendiri untuk memulai saling mengajak dan melaksanakannya. Bagi masyarakat perkotaan yang berniat menggerakan menanam pohon, karena lahan pekarangan terbatas, cukuplah menanam dan merawat pohon bunga di taman saja. Sedangkan bagi masyarakat di daerah-daerah atau pedesaan yang berniat melakukan gerakan menanam pohon di lokasi mata air, daerah aliran sungai dan kawasan kehutanan. Disarankan untuk tidak menanam pohon bernilai ekonomi tinggi seperti jati dan mahoni, karena akan menggoda masyarakat untuk masuk dalam pencobaan pencurian atau pembalakan liar pohon-pohon tersebut ketika nantinya sudah layak ditebang. Sebaiknya tanamlah pohon seperti jenis beringin, kesambi, asam dan trembesi.
Ayo mari membudayakan gerakan menanam pohon. Menanam pohon menyelamatkan kehidupan. Memelihara pohon mencintai kehidupan. Hidup kita sendiri, makhluk hidup lainnya, dan lingkungan hidup global.
Sumber dari Kompasiana.com
Penulis, Pemerhati Sosial Politik di Sumba Barat Daya