PROGRAM KAMPUNG IKLIM (PROKLIM)
Oleh:
I Made Artika, SP
Perubahan iklim dapat terjadi akibat aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat diamati dengan adanya perubahan pola, intensitas, atau pergeseran parameter utama iklim seperti curah hujan, suhu, kelembaban, angin, tutupan awan, dan penguapan. Perubahan iklim berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan pangan, dan pembangunan ekonomi. Guna meningkatkan ketahanan tersebut, maka suatu kampung iklim seyogyanya mempunyai upaya-upaya dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sehingga dampak akibat perubahan iklim dapat diminimalisir sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca pada skala tapak.
Upaya adaptasi dalam ProKlim merupakan upaya masyarakat dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim yang tidak dapat dielakkan. Upaya adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dapat dilaksanakan melalui kegiatan antara lain: (a) Pengendalian kekeringan, banjir dan longsor; (b) Peningkatan ketahanan pangan; (c) Penanganan atau antisipasi kenaikan muka laut, rob, intrusi air laut, abrasi, ablasi atau erosi akibat angin, gelombang tinggi; (d) Pengendalian penyakit terkait iklim; dan (e) kegiatan-kegiatan lain yang terkait dengan upaya peningkatan penyesuaian diri terhadap perubahan iklim.
Upaya
mitigasi dalam ProKlim merupakan perubahan iklim sesungguhnya telah banyak dilaksanakan pada lokasi-lokasi yang memiliki kearifan
lokal yang tinggi,
kegiatan pencegahan penyebab perubahan
iklim sekaligus mengurangi peningkatan emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan mitigasi di tingkat
tapak dapat dimulai dari hal-hal sederhana di
lingkungan sekitar rumah sampai dengan yang dilaksanakan secara berkelompok dengan melibatkan warga di lokasi kampung iklim. Perilaku hemat energi, transportasi hijau, pengelolaan sampah,
penanaman pohon, serta pengendalian kebakaran
lahan dan hutan yang
melibatkan masyarakat adalah contoh kegiatan mitigasi di tingkat tapak
yang perlu terus dikampanyekan kepada seluruh pihak.
Pelaksanaan ProKlim
mengedepankan aspek keberlanjutan upaya adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim di tingkat tapak. Masyarakat didorong untuk terlibat dalam setiap tahap pengambilan keputusan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan,
maupun pengawasan kegiatan pada lokasi kampung iklim. Melalui pendekatan ini komitmen dan motivasi masyarakat akan meningkat serta memperkuat rasa kepemilikian terhadap
program/kegiatan yang berjalan.
ProKlim
merupakan kegiatan berbasis komunitas pada tingkat tapak yang berkelanjutan sehingga
penguatan kelembagaan merupakan
kunci keberhasilan dalam pelaksanaan ProKlim. Kelompok masyarakat yang terdapat pada lokasi ProKlim
merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan kegiatan adaptasi dan mitigasi di tingkat tapak.
Kelembagaan
yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ProKlim tidak hanya kelembagaan tingkat
tapak, namun juga kelembagaan yang terdapat
di tingkat kabupaten/kota/provinsi (Dinas Lingkungan Hidup) hingga Pemerintah (KLHK) termasuk unit
pelaksana teknis yang secara langsung bertanggung jawab dalam ProKlim. Hal lain yang menjadi penilaian
terkait aspek dukungan
keberlanjutan misalnya seperti
tingkat keswadayaan masyarakat, kemampuan untuk membangun
jejaring kerja dengan pihak eksternal
yang dapat mendukung
keberlanjutan program, dan penerapan nilai-nilai tradisional yang mendukung
upaya adaptasi/mitigasi perubahan iklim.
Peran aktif masyarakat dan para pemangku
kepentingan lainnya diperlukan untuk membangun ketahanan
nasional dalam menghadapi iklim yang
berubah serta tercapainya target pengurangan emisi GRK yang telah menjadi
komitmen Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2016. Dengan berjalannya kegiatan ProKlim ini maka, penguatan aksi lokal
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di tingkat
tapak diharapkan dapat berjalan lebih optimal, sehingga
akan memberikan manfaat positif yang nyata bagi bangsa dan negara Indonesia.
Sumber gambar logo (ditjenppi.menlhk.go.id)