KOMUNITAS KAYOMAN TANAM RATUSAN POHON DI KAYUAN MAYUNG
PERINGATI HARI AIR SEDUNIA 2025
Oleh:
Komunitas Kayoman Pedawa
Serangkaian peringatan Hari Air Sedunia Tahun 2025 yang
diperingati setiap tanggal 22 Maret, Komunitas Kayoman Pedawa gelar aksi tanam ratusan pohon di Kayuan Mayung Dusin
Insakan Desa Pedawa Kecamatan Banjar, Rabu, 19 Maret 2025. Kayoman Pedawa
merupakan komunitas penggiat lingkungan dalam bidang konservasi sumber mata
air yang sudah berdiri
sejak 6 Desember
2016. Aksi penanaman
ini
merupakan kegiatan kolaboratif lanjutan yang ke-3 antara Prodi Pendidikan
Bahasa Jepang, Iwate University dan Kayoman Pedawa yang didukung penuh
oleh The Greenery Fund (Midori no
Bokin) dan Asia Environmental Alliance.
Aksi yang
pertama dilakukan pada bulan
Maret 2023 di Kayuan
Gelunggang, sedangkan yang kedua dilakukan pada bulan Maret 2024 di Kayuan
Sukajati. Penanaman di Kayuan
Mayung
kali ini melibatkan lebih dari 50 Mahasiswa
Prodi Pendidikan Bahasa
Jepang (PBJ) Undiksha, Komunitas Bersih-Bersih Bali,
Babinsa, Babinkamtibmas, tokoh masyarakat
dan Iwate University.
Kolaborasi Undiksha dan Iwate
University rutin dilakukan setiap tahun dengan mengadakan kerjasama internasional untuk
memberikan kesempatan kepada mahasiswa saling bertukar pikiran dan pandangan tentang
fenomena lingkungan, pendidikan, dan sosial lainnya. Kegiatan kolaborasi kedua universitas ini
dilakukan dalam dua pendekatan besar yakni, kolaborasi akademik dan non
akademik, kolaborasi
akademik dilakukan dengan cara diskusi dan presentasi, dimana
mahasiswa dari kedua belah pihak diberi kesempatan untuk mempresentasikan satu
fenomena tertentu utamanya yang menyangkut lingkungan, sosial, dan budaya. Kolabirasi non
akademik dilakukan dengan aksi nyata penanaman pohon di Kayuan Mayung Desa Pedawa.
Aksi ini merupakan
kelanjutan dari kerja cerdas mahasiswa kedua universitas dalam menyikapi
fenomena air yang ada di Desa
Pedawa. Berdasarkan kajian dari
Perkumpulan Wanayana Kayoman Pedawa (selanjutnya hanya disebut Kayoman),
bersama Profauna
Foundation,
menemukan bahwa setidaknya terdapat 85 titik sumber air di Desa Pedawa, akan tetapi hanya 10 persen asumber
air yang mengairkan air yang bagus pada saat musim kemarau. Sumber-sumber air
di Desa
Pedawa mengalami penurunan debit air dan bahkan kering pada musim kemarau. Hal
ini disebabkan oleh penebangan akibat alih fungsi lahan yang sangat massif
untuk pembukaan lahan pertanian dan perkebunan.
Oleh karena itu Kayoman
Pedawa berkomitmen untuk menjaga dan mengembalikan sumber-sumber air yang ada
di Desa
Pedawa.
Desa Pedawa merupakan salah
satu desa tua (Desa
Bali Aga) yang memiliki budaya unik dalam penggunaan air untuk sarana ritual
adat. Setidaknya, menurut hasil kajian dari Sekolah Adat Manik Empul, terdapat
33 jenis air suci yang digunakan dalam ritual upacara adat yang dilaksanakan di
Desa
Pedawa.
Kayoman sudah
berkegiatan dalam pelestarian air sejak tahun 2016. Komunitas ini didirikan oleh
I Wayan
Sadyana, I Made Suisen,
dan Putu Yuli Supriyandana pada tanggal 6 Desember 2016. Hingga saat ini, komunitas ini terus
secara konsistem melakukan konservasi pada sumber-sumber air yang ada di Desa Pedawa. Aksi di Kayuan Mayung kali ini dilakukan penanaman
sebanyak 300 pohon yang terdiri dari jenis Pohon Aa, Nangka, Bunut,
Gintungan, Beringin, Aren, Majagau, Kayu
Tanah, Kayu Ketapang, Kayu Apuh, dan Cempaka.
Selain
melalui aksi nyata berupa penanaman pohon, kegiatan penyedaran tentang
lingkungan dan air juga dilakukan
dengan metode edukasi bekerjasama dengan Pondok Literasi Sabih dan Sekolah Adat
Manik
Empul Desa
Adat Pedawa. Kayoman juga membuat film-film pendek bertemakan lingkungan untuk
melindungi satwa dan air.
Penasehat Kayoman
Pedawa, sekaligus Dosen
PBJ Undiksha, mengatakan bahwa tujuan kegiatan kolaborasi ini adalah untuk
membangun kesadaran lingkungan pada mahasiswa, pemuda dan masyarakat Desa pedawa. Dengan kegiatan ini
diharapkan anak-anak muda Pedawa semakin melihat lagi kondisi diri dan
lingkungan desanya. Bagi mahasiswa kegiatan untuk mematik mereka bahwa
kompetensi mahasiswa bukan hanya nilai akademik semata, tepai juga kepekaan mereka terhadap
lingkungan sekitar. Selain itu, kegiatan ini menumbuhkan pemahakan lintas
budaya kedua beliah pihak (Indonesia dan Jepang). Namun demikian secara praktis
kegiatan ini bertalian erat dengan program konservasi air yang ada di Desa Pedawa.