(0362) 3302024
dlh@bulelengkab.go.id
Dinas Lingkungan Hidup

“DIET” PLASTIK SEKALI PAKAI: CERITA DARI BALI UTARA

Admin dlh | 01 Agustus 2025 | 18 kali

“DIET” PLASTIK SEKALI PAKAI: CERITA DARI BALI UTARA

Oleh:

Ketut Budiasa, SP

 

Masalah sampah plastik menjadi bayang-bayang kelam di balik keindahan Pulau Bali. Pulau yang dikenal dengan julukan “Pulau Dewata” ini memang menyimpan kekayaan alam dan budaya yang memikat, namun di sisi lain juga menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah, terutama plastik sekali pakai. Di tengah pesatnya pertumbuhan pariwisata dan urbanisasi, volume sampah plastik terus meningkat dan mengancam ekosistem darat maupun laut. Pada tahun 2018, Pemerintah Provinsi Bali mengambil langkah tegas dengan menerbitkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai. Peraturan ini menjadi tonggak penting dalam gerakan Bali menuju lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Larangan penggunaan kantong plastik, sedotan plastik, dan bahan plastik lainnya diberlakukan secara menyeluruh, mencakup instansi pemerintah, pelaku usaha, tempat ibadah, hingga masyarakat umum.

Kabupaten Buleleng, yang terletak di utara Pulau Bali, turut bergerak dalam semangat yang sama. Di bawah koordinasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, berbagai upaya dilakukan untuk mendukung implementasi Pergub tersebut. Wilayah yang memiliki garis pantai panjang dan banyak desa wisata ini menjadi salah satu medan penting dalam perjuangan “diet” plastik sekali pakai. DLH Kab. Buleleng tidak hanya mengandalkan pendekatan regulatif, tetapi juga aktif menyentuh masyarakat melalui edukasi dan partisipasi. Sosialisasi dilakukan dari desa ke desa, dari sekolah hingga pasar, sampai pada kegiatan hiburan masyarakat. Anak-anak sekolah hingga para pekerja kantoran diperkenalkan dengan pentingnya membawa botol minum sendiri, sementara ibu-ibu pasar diajak untuk beralih ke tas belanja kain. Bahkan dalam acara rapat, yang dulunya kerap menggunakan kantong plastik pada konsumsinya, kini mulai digantikan dengan daun atau bahan ramah lingkungan lainnya. Banyak dari swalayam ataupun toko-toko lainnya kini telah berhenti menyediakan kantong plastik dan beralih ke kemasan ramah lingkungan. Hal-hal ini merupakan sebuah langkah kecil yang bermakna besar.

Hasil dari upaya ini mulai terasa. Masyarakat di Buleleng kini semakin terbiasa membawa tas belanja sendiri saat berbelanja, membawa tumblr saat bepergian, dan menolak sedotan plastik saat makan di luar. Kesadaran yang dahulu dianggap sulit tumbuh, kini perlahan menjadi kebiasaan baru. Budaya lama yang bersifat konsumtif mulai bergeser ke arah yang lebih sadar lingkungan. Meski begitu, tantangan belum sepenuhnya hilang. Masih ada sebagian masyarakat yang memerlukan waktu untuk beradaptasi. Ketersediaan dan harga produk ramah lingkungan kadang menjadi kendala, terutama di wilayah pedesaan. Namun DLH Kab. Buleleng terus berkomitmen untuk mendampingi dan mendorong perubahan ini, dengan harapan bahwa setiap langkah kecil yang diambil hari ini, akan memberikan dampak besar bagi generasi mendatang.

Bali, dan khususnya Buleleng, sedang menulis bab baru dalam sejarah pengelolaan lingkungannya. Sebuah bab di mana plastik tidak lagi menjadi bagian dari keseharian, dan di mana manusia hidup selaras dengan alam. Gerakan “diet” plastik sekali pakai bukan sekadar kampanye, tetapi sebuah gerakan budaya baru yang tumbuh dari kesadaran, kepedulian, dan harapan.