Semua masalah membutuhkan solusi, termasuk untuk masalah plastik yang semakin lama semakin menggunung dan mencemari lingkungan. Plastik, seperti yang kita tahu, tidak akan terurai dalam waktu yang sangat lama. Puluhan, ratusan, ribuan, bahkan selamanya tidak akan terurai. Tak hanya mengotori lingkungan sekitar kita sebagai para pengguna plastik, plastik juga mencemari lautan dan membahayakan kehidupan biota laut yang tak berdosa. Jadi, bagaimana dong?
Menjawab hal itu, lalu muncul berbagai alternatif ‘ramah lingkungan’ yang muncul sebagai solusi dari sampah plastik yang jumlahnya terus menerus meningkat. ‘Plastik Ramah Lingkungan’ yang mengklaim bahwa ia akan terurai dalam waktu singkat bermunculan. Plastik sejenis ini juga disebut dengan istilah ‘biodegradable’ yang artinya dapat terurai dengan alami dalam waktu relatif cepat, sehingga tidak mencemari lingkungan. Tapi apakah plastik biodegradable ini sesuai dengan klaimnya yaitu bisa hancur dengan cepat dan merupakan solusi yang tepat? Tidak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Imogen Napper dan Richard Thompson di University of Plymouth, Inggris, plastik biodegradable tidak terurai setelah tiga tahun dibiarkan di alam bahkan masih utuh seperti sedia kala¹. Napper dan Thompson meletakkan empat jenis plastik (compostable, biodegradable, oxo-degradable, dan plastik polythene konvensional) pada tiga kondisi, dikubur di tanah, dibiarkan di udara terbuka, dan ditenggelamkan di laut. Semua plastik masih utuh seperti sedia kala dalam jangka waktu tiga tahun setelah pertama kali penelitian dilakukan.
Ada pula laporan berjudul “Biodegradable Plastics and Marine Litter. Misconceptions, Concerns and Impacts on Marine Environment” yang dirilis oleh UN Environment pada tahun 2015 menyimpulkan bahwa plastik biodegradable bukanlah jawaban yang tepat dalam mengurangi pencemaran di lautan. Plastik jenis ini hanya bisa ‘hancur’ secara sempurna dalam kondisi lingkungan yang seringkali hanya ditemukan pada industrial composter (seperti pada suhu di atas 50°C) dan bukan alam bebas².
Bagi yang masih cukup asing dengan plastik oxo-degradable, plastik ini adalah jenis plastik yang ditambah senyawa agar dapat hancur saat terkena oksigen dalam waktu singkat. Namun, bukannya hancur terurai, plastik oxo-degradable akan hancur menjadi potongan-potongan kecil atau biasa kita sebut dengan mikroplastik³. Mikroplastik ini akan tetap berada di alam, dengan bentuknya yang sangat kecil dan bahkan tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang, jenis plastik ini sangat berbahaya karena bisa dengan mudahnya terhirup atau masuk ke makanan dan minuman kita.
Jadi apakah jenis plastik biodegradable ini lebih baik daripada jenis plastik konvensional? Belum tentu. Pada kenyataannya, jenis plastik yang mengaku ‘ramah lingkungan’ banyak digunakan hanya sekali dan pada akhirnya dibuang, berakhir di alam, tempat pembuangan akhir, atau malah dibakar. Tak ada ubahnya dengan plastik konvensional pada umumnya.
Plastik biodegradable yang digadang-gadang sebagai solusi pada akhirnya bukanlah solusi yang paling tepat. Solusi yang paling tepat tidak harus menunggu inovasi yang dilakukan oleh orang lain, melainkan dimulai dari diri sendiri dengan cara mengurangi penggunaan plastik sekali pakai hingga akhirnya kita bisa #PantangPlastik dan meninggalkan plastik sekali pakai selamanya.
Referensi:
1. https://www.theguardian.com/environment/2019/apr/29/biodegradable-plastic-bags-survive-three-years-in-soil-and-sea2
2. https://www.unenvironment.org/news-and-stories/story/biodegradable-plastics-are-not-answer-reducing-marine-litter-says-un
3. https://ec.europa.eu/environment/circular-economy/pdf/oxo-plastics.pdf