MENGENAL
PARAMETER UJI KUALITAS AIR
Oleh:
Putu
Elvira Yulianthi, S.Si
Air merupakan salah
satu sumber daya alam yang penting dalam suatu ekosistem, dimana air dibutuhkan
oleh makhluk hidup untuk bertahan hidup. Seiring dengan perubahan zaman,
terjadi peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dari tahun ke tahun dan disertai
dengan permasalahan lingkungan, salah satunya adalah masalah pencemaran air. Menurut
PP Nomor 82 Tahun 2001, pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen lain ke dalam air yang disebabkan karena adanya aktivitas
yang dilakukan manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya.
Industrialisasi dan
urbanisasi telah membawa dampak yang signifikan bagi lingkungan. Pembuangan
limbah industri dan domestik/rumah tangga ke badan air merupakan penyebab utama
terjadinya pencemaran air. Secara umum, ada dua sumber utama pencemaran air,
yaitu sumber pencemar air dari titik tetap/tidak bergerak (point sources)
dan sumber pencemar air dari titik tidak tetap/bergerak (non point sources).
Sumber pencemar dari titik tetap antara lain pabrik, sistem septic tank,
fasilitas pengolahan air limbah, dan sumber lain yang jelas membuang polutan ke
sumber air. Sementara sumber pencemar tidak tetap lebih sulit diidentifikasi
karena tidak dapat ditelusuri kembali. Contohnya seperti sedimen, pupuk, bahan
kimia dan limbah dari peternakan hewan, situs konstruksi, serta tambang.
Pencemaran air ini
dapat diatasi dengan melakukan berbagai upaya dan kerjasama antara pemerintah
dengan masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
permasalahan ini adalah dengan mengukur kualitas air menggunakan parameter uji
seperti temperatur, pH, TSS, BOD, COD, dan DO. Data yang diperoleh dari hasil
uji kualitas air ini dapat digunakan untuk menentukan langkah-langkah yang
tepat dalam penanggulangan masalah pencemaran air.
Temperatur biasanya
diukur dengan menggunakan termometer air raksa dengan skala Celcius (oC).
Nilai pH air diukur dengan menggunakan pH meter, dimana pengukuran ini
bertujuan untuk mengekspresikan kondisi keasaman (konsentrasi ion hidrogen)
pada air. Skala pH berkisar antara 1-14, dimana kisaran nilai pH 1-7 termasuk
kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah kondisi netral.
Selanjutnya padatan tersuspensi atau TSS (Total Suspended Solid)
digunakan untuk menentukan kepekatan air, efisiensi proses dan beban unit
proses. Umumnya TSS dapat berupa lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida,
ganggang, bakteri, dan jamur. TSS dapat dihilangkan dengan cara flokulasi dan
penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan sehingga membatasi
penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.
BOD (Biological
Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan organisme di air untuk memecah (mendegradasi/mengoksidasi)
bahan-bahan buangan organik yang ada di dalam suatu perairan. Semakin tinggi
nilai BOD maka semakin tinggi pula aktivitas organisme air untuk menguraikan
bahan organik, sehingga tingginya kadar BOD dapat mengurangi jumlah oksigen
terlarut suatu perairan. Apabila kandungan oksigen terlarut suatu perairan
menurun, maka kemampuan bakteri anaerobik dalam memecah bahan buangan organik
juga menurun. Hal ini menyebabkan bau yang tidak enak di suatu perairan
tercemar.
COD (Chemical Oxygen
Demand) atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan
agar bahan buangan yang ada di suatu perairan dapat teroksidasi melalui reaksi
kimia. Dalam pengujian ini biasanya menggunakan Kalium bikromat (K2CrO7)
sebagai sumber oksigen. Semakin banyak Kalium bikromat yang diperlukan, maka
semakin banyak oksigen yang diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa suatu
perairan yang diuji semakin tinggi tingkat pencemarannya.
DO
(Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan. Dengan bertambahnya kedalaman
suatu perairan, maka akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut karena
proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak
digunakan untuk proses metabolisme serta oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik. Oksigen sendiri memegang peranan penting sebagai indikator kualitas
suatu perairan, hal ini dikarenakan oksigen terlarut berperan dalam proses
oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.