(0362) 3302024
dlh@bulelengkab.go.id
Dinas Lingkungan Hidup

OBSERVASI PEMETAAN SEBARAN HUTAN MANGROVE DI DESA PEJARAKAN

Admin dlh | 25 Mei 2022 | 1308 kali

OBSERVASI PEMETAAN SEBARAN HUTAN MANGROVE DI DESA PEJARAKAN

Oleh:

Kadek Mia Novitasari, Kadek Ryan Adi Nugraha, Kelvin Ariyo Sompa (Mahasiswa Undiksha-Program Studi D3 Survey dan Pemetaan Undiksha) di Supervisi oleh Achmadi, ST-Jafung Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda Substansi Inventarisasi, RPPLH dan KLHS.

 

Kegiatan observasi sebaran hutan mangrove yang berada di luar Kawasan Taman Nasional Bali Barat yang berlokasi di Desa Pejarakan dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng bersama mahasiswa dari Undikhsa Singaraja agar dapat menerapkan link and match antara kampus dengan industri, dunia usaha, dan dunia kerja (IDUKA) melalui program Praktik Kerja Lapangan (PKL). Observasi dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mendukung kegiatan pemetaan penutupan lahan dalam kegiatan inventarisasi Indeks Kualitas Tutupan Lahan yang terdiri antara lain dari hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan mangrove sekunder, hutan  tanaman, semak belukar dan ruang terbuka hijau.

Mangrove merupakan tanaman yang sangat penting dalam menyeimbangkan ekosistem alam, khusunya di wilayah pantai Desa Pejarakan. Manfaat pohon mangrove bagi alam, yaitu mampu menahan erosi garis pantai yang berasal dari gerusan air laut. Secara ekologis, ekosistem mangrove merupakan mata rantai utama yang berperan sebagai produsen dalam jaring makanan ekosistem pantai. Ekosistem ini memiliki produktivitas yang tinggi dengan menyediakan makanan berlimpah bagi berbagai jenis hewan laut dan menyediakan tempat berkembang biak, memijah, dan membesarkan anak bagi beberapa jenis ikan, kerang, kepiting, dan udang. Berbagai jenis ikan baik yang bersifat herbivora, omnivora maupun karnivora hidup mencari makan di sekitar mangrove terutama pada waktu air pasang. Apabila terjadi kerusakan ekosistem mangrove dan terumbu karang dapat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan sumber daya ikan sehingga akan terjadi sebuah penurunan jumlah pendapatan ikan di daerah terdampak. Penebangan hutan mangrove yang di konversi menjadi tambak dan permukiman di daerah pantai juga telah mengakibatkan terjadinya intrusi air laut ke daratan. Akar tanaman mangrove berperan tidak hanya sebagai alat bernafas tanaman saja. Namun berfungsi akar tersebut juga bisa menangkap endapan dan membersihkan kandungan zat kimia dalam air yang berasal dari daratan menuju laut. Air yang mengalir dari sungai biasanya membawa zat kimia atau polutan. Saat air tersebut melalui akar tanaman mangrove, maka zat kimia menjadi terlepas. Sehingga ketika air sampai ke laut, kualitasnya sudah lebih bagus dan lebih bersih.

Untuk mendapatkan output peta sebaran mangrove dan data jenis mangrove, dilaksanakan obervasi berupa kegiatan survey lapangan, interview dengan Satgas Lingkungan Desa Pejarakan (Abdul Hari) yang melaksanakan pengelolaan mangrove, sumber-sumber literatur tentang mangrove, peta rupa bumi Indonesia, data penutupan lahan dari BPKH VIII Denpasar, Data deliniasi mangrove berdasarkan citra google earth.

Dari hasil observasi terdapat kurang lebih 13 jenis mangrove yaitu Sonneratia alba, Lumnitzera racemosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Ceriops decandra, Avicennia marina, Avicennia officinalis, Ceriops tagal, Excoecaria agallocha, Aegiceras floridum, Rhizophora lamarckii, Rhizophora stylosa, Bruguiera gymnorhizaHasil pemetaan penutupan lahan mangrove di luar Kawasan TNBB di Desa Pejarakan seluas ± 84,585 hektar dengan rincian Pantai Bagian Barat Desa Plot 1 seluas 30,687 hektar, Pantai Tengah Desa – Plot 2 seluas 26,312 hektar dan Pantai Bagian Timur Desa – Plot 3 seluas 27,586 hektar.

Simpulan yang dapat disampaikan, yaitu:

a.     Tersedianya peta penutupan lahan yang berisi sebaran hutan mangrove, diharapkan dapat menjadi baseline terkait kondisi mangrove terkini yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan dalam rangka pengelolaan ekosistem mangrove.

b.     Kolaborasi masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan dalam menjaga wilayah mangrove serta mendorong partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan mangrove merupakan aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan.

c.      Peran penting masyarakat dalam menjaga wilayah mangrove yaitu, dengan melakukan pengelolaan sampah berbasis sumber serta tidak membuang sampah ke aliran sungai sehingga tidak menimbulkan tumpukan sampah di hutan mangrove agar tidak mengganggu pertumbuhan mangrove.

d.     Masih banyak space untuk program penanaman pohon mangrove bersama-sama masyakrakat di sekitar pantai Desa Pejarakan.

e.   Memberikan reward bagi non government organization yang telah melakukan kegiatan penanaman dan kontroling wilayah mangrove secara berkelanjutan di wilayahnya.