(0362) 3302024
dlh@bulelengkab.go.id
Dinas Lingkungan Hidup

DAUR ULANG SAMPAH ORGANIK MENJADI SABUN ECO ENZYME RAMAH LINGKUNGAN

Admin dlh | 20 Januari 2022 | 11226 kali

DAUR ULANG SAMPAH ORGANIK MENJADI 

SABUN ECO ENZYME RAMAH LINGKUNGAN 


Oleh: I Made Mayun Maha Diputra, S.Hut., M.Agr.Sc., M.Sc


Pemerintah Provinsi Bali melalui Peraturan Gubernur Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber salah satu poinnya menegaskan bahwa sangat perlu dilakukan pengelolaan sampah rumah tangga karena rumah tangga merupakan sumber sampah yang berpengaruh besar terhadap timbulan sampah yang bermuara ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) baik itu sampah organik maupun anorganik. Komposisi sampah yang dihasilkan di Kabupaten Buleleng tahun 2019 didominasi oleh sampah organik yang mencapai 162,75 Ton sedangkan sampah anorganik sebesar 23,65 Ton (DLH Buleleng, 2020). Data ini menunjukkan lebih dari 80% sampah yang dihasilkan adalah sampah organik sehingga perlu upaya yang lebih serius dalam penanganan dan pengurangan sampah organik. Banyak sekali dampak yang ditimbulkan akibat sampah organik yang tidak terkelola dengan baik, yaitu mulai dari pencemaran lingkungan hingga menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya pemanasan global akibat gas metan yang dihasilkan ke atmosfer. Masalah sampah tidak hanya tanggung jawab pemerintah akan tetapi setiap orang wajib bertanggung jawab atas sampah organik yang dihasilkan setiap hari.

Selama ini sampah organik sudah banyak dimanfaatkan untuk pupuk kompos cair dan padat akan tetapi belum maksimal karena harga jual pupuk sangat rendah dan tidak sebanding dengan biaya operasionalnya. Hal ini menurunkan semangat para pelaku usaha kompos bahkan sudah banyak tidak beroperasi lagi. Selain kompos, sampah organik juga sudah dimanfaatkan untuk pakan maggot lalat BSF (Black Soldier Fly) oleh kelompok-kelompok masyarakat di Kabupaten Buleleng, akan tetapi kurang efektif diterapkan dalam skala rumah tangga karena memerlukan lahan yang cukup luas. Maka dari itu perlu inovasi pemanfaatan sampah organik yang kreatif dan efektif diterapkan dalam skala rumah tangga dan dapat menghasilkan nilai ekonomi sehingga target pengurangan sampah rumah tangga bisa tercapai.

Rumah tangga merupakan salah satu sumber sampah organik sehingga pengaruhnya besar terhadap timbulan sampah organik di Kabupaten Buleleng. Upaya pengurangan timbulan sampah organik di rumah tangga sangat diperlukan melalui inovasi pemanfaatan sampah yang kreatif dan mampu menghasilkan nilai ekonomi. Salah satu teknologi sederhana pemanfaatan sampah organik menjadi eco enzyme telah ditemukan oleh Dr. Rosukon Poonpanvong seorang peneliti dari Thailand. Sampah organik rumah tangga yang sebagian besar berasal dari dapur kini dapat diolah dengan mudah menjadi eco enzyme.

Eco enzyme dihasilkan dari proses fermentasi sampah organik yang masih segar (belum mengalami proses pengolahan), seperti sisa buah dan sayur. Eco enzyme disebut-sebut sebagai solusi multiguna untuk berbagai kegunaan seperti untuk pupuk, penolak serangga, penjernih air dan udara, pembersih rumah tangga termasuk sabun. Selain itu, eco enzyme mengandung probiotik yang dinilai baik untuk kesehatan kulit, tidak berbahaya bagi tubuh manusia, dan juga dinilai ramah lingkungan. Maka dari itu, perlu dilakukan inovasi dan kreativitas membuat sabun eco enzyme dalam wujud padat dan cair yang berpeluang bernilai ekonomi dan ramah lingkungan. 

Bahan utama yang digunakan untuk membuat sabun eco enzyme padat dan cair, yaitu Natrium Hidroksida (NaOH), Kalium Hidroksida (KOH), Minyak Kelapa, Minyak Zaitun, Air Destilasi, Eco Enzyme Murni dan Pewangi Sabun. Kedepannya sabun eco enzim ini dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap rumah tangga di Kabupaten Buleleng. Eco enzim memiliki banyak manfaat, yaitu Arun dan Sivashanmugam (2015) melalui hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa eco enzim mempunyai sifat membunuh atau menghambat patogen seperti Escherichia coli, Salmonella sp., Staphylococus aureus, Candida albicans. Patogen tersebut dikenal tidak baik bagi kesehatan tubuh antara lain dapat menyebabkan diare, penyakit keputihan, infeksi lapisan bagian dalam jantung, radang otak dan lainnya. Eco enzim yang dijadikan campuran bahan untuk membuat sabun batang diharapkan dapat meningkatkan kualitas sabun untuk membunuh patogen yang berbahaya bagi tubuh. Selain itu, limbah sabun yang mengandung eco enzim yang terbuang ke lingkungan dapat mengurangi pencemaran. Ini didukung oleh Tang dan Tong (2011) yang menyebutkan beberapa organisasi di Malaysia telah memproduksi sendiri eco enzim dan menuangkannya ke Sungai yang tercemar dan mengklaim bahwa eco enzim menghilangkan polutan yang ada di Sungai dan dapat meningkatkan kualitas air.

Selain digunakan di masing-masing rumah tangga kedepannya juga dapat dijadikan sebagai peluang usaha oleh masyarakat atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Buleleng melalui komersialisasi produk sehingga layak dipasarkan dan menambah penghasilan keluarga. Akan tetapi, yang terpenting adalah tercapainya tujuan utama yaitu pengurangan sampah organik rumah tangga yang terbuang ke TPA sehingga sangat mendukung program pemerintah dalam pengelolaan sampah organik di Kabupaten Buleleng.