KEBAKARAN
TPA SALAH SATU DAMPAK KEMARAU PANJANG
Oleh:
Putu
Elvira Yulianthi, S.Si
Terjadinya
kemarau berkepanjangan di Indonesia saat ini disebabkan karena adanya pola
tekanan udara yang relatif tinggi di Australia sehingga menyebabkan pergerakan
masa udara dingin menuju Indonesia atau lebih dikenal dengan Angin Monsun
Australia. Musim kemarau ini tentu saja menimbulkan dampak yang sangat
dirasakan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi, salah satu dampaknya
yaitu maraknya terjadi kebakaran. Kebakaran yang sering terjadi pada musim
kemarau tidak hanya mampu membakar lokasi pemukiman maupun kawasan hutan,
tetapi juga mampu membakar kawasan tempat pembuangan akhir sampah (TPA).
Kebakaran
terjadi karena adanya reaksi oksidasi yang menghasilkan energi panas dan
cahaya. Pada umumnya, akan terjadi peningkatan temperatur pada tumpukan sampah
di TPA. Jika peningkatan temperatur tersebut tidak disertai nyala api, maka
akan terjadi hot spot atau healing incident atau Rapid Oxidation
Subsurface Events (ROSE), hal ini biasanya terjadi pada lapisan dalam TPA.
Sementara itu, jika reaksi oksidasi terjadi di permukaan TPA biasanya akan
menimbulkan percikan api karena adanya oksigen yang berlimpah. Hal ini lah yang
menyebabkan suatu TPA mengalami kebakaran.
Panas yang
memicu terjadinya hot spot dikarenakan proses dekomposisi material
sampah dalam kondisi aerobik secara biologis dan proses kimia. Sedangkan pemicu
kebakaran di permukaan TPA umumnya berupa panas dari material yang dibuang ke
TPA. Penyebab utama hot spot adalah meningkatnya level oksigen di dalam
TPA, yang mengakibatkan meningkatkan aktivitas bakteri aerobik sehingga
temperaturnya meningkat hingga 80-90°C dan memicu terbakarnya gas metan. Gas
metan sendiri merupakan gas alami yang terbentuk di TPA selain hidrogen. Meningkatnya
level oksigen di lapisan dalam TPA biasanya disebabkan oleh adanya udara yang
masuk melalui permukaan atau lubang di permukaan TPA karena penyedotan gas TPA
yang berlebihan atau karena porositas tumpukan sampah yang longgar akibat kurangnya
proses pemadatan pada proses penimbunan sampah.
Temperatur kebakaran permukaan TPA antara 80-230°C
sedangkan temperatur hot spot antara 309-406°C. Kebakaran diikuti dengan bau
yang bersifat iritan akibat terbentuknya asam-asam organik hasil pembakaran
yang tidak sempurna. Temperatur yang meningkat dapat pula menguapkan kontaminan
berbahaya seperti arsenik dari limbah kayu. Jika sampah yang terbakar
mengandung material yang mudah terbakar seperti ban dan plastik, temperatur
akan meningkat tinggi dan timbul asap hitam yang pekat. Pada kondisi tersebut
akan teremisikan kontaminan yang bersifat karsinogen.
Sumber:
Sumber Gambar:
KOMPAS.COM/Bagus Puji Panuntun
Bates,
Margaret. 2004. Managing Landfill Site Fires in Northamptonshire. University
College Northampton: Environment and Transport Scrutiny Committee,
Northamptonshire County Council.
Copping, Simon, et.al. 2007. Review and
Investigation of Deep-Seated Fires Within
Landfill Sites. UK: Environment Agency.
Dueñas and Associates Project Team.
2005. Estimation of Potential Landfill Gas Yields for the Ordot Dump.
Department of Public Works, Government of Guam.