(0362) 3302024
dlh@bulelengkab.go.id
Dinas Lingkungan Hidup

KEBAKARAN TPA SALAH SATU DAMPAK KEMARAU PANJANG

Admin dlh | 05 Januari 2024 | 448 kali

KEBAKARAN TPA SALAH SATU DAMPAK KEMARAU PANJANG

Oleh:

Putu Elvira Yulianthi, S.Si

 

Terjadinya kemarau berkepanjangan di Indonesia saat ini disebabkan karena adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia sehingga menyebabkan pergerakan masa udara dingin menuju Indonesia atau lebih dikenal dengan Angin Monsun Australia. Musim kemarau ini tentu saja menimbulkan dampak yang sangat dirasakan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi, salah satu dampaknya yaitu maraknya terjadi kebakaran. Kebakaran yang sering terjadi pada musim kemarau tidak hanya mampu membakar lokasi pemukiman maupun kawasan hutan, tetapi juga mampu membakar kawasan tempat pembuangan akhir sampah (TPA).

Kebakaran terjadi karena adanya reaksi oksidasi yang menghasilkan energi panas dan cahaya. Pada umumnya, akan terjadi peningkatan temperatur pada tumpukan sampah di TPA. Jika peningkatan temperatur tersebut tidak disertai nyala api, maka akan terjadi hot spot atau healing incident atau Rapid Oxidation Subsurface Events (ROSE), hal ini biasanya terjadi pada lapisan dalam TPA. Sementara itu, jika reaksi oksidasi terjadi di permukaan TPA biasanya akan menimbulkan percikan api karena adanya oksigen yang berlimpah. Hal ini lah yang menyebabkan suatu TPA mengalami kebakaran.

Panas yang memicu terjadinya hot spot dikarenakan proses dekomposisi material sampah dalam kondisi aerobik secara biologis dan proses kimia. Sedangkan pemicu kebakaran di permukaan TPA umumnya berupa panas dari material yang dibuang ke TPA. Penyebab utama hot spot adalah meningkatnya level oksigen di dalam TPA, yang mengakibatkan meningkatkan aktivitas bakteri aerobik sehingga temperaturnya meningkat hingga 80-90°C dan memicu terbakarnya gas metan. Gas metan sendiri merupakan gas alami yang terbentuk di TPA selain hidrogen. Meningkatnya level oksigen di lapisan dalam TPA biasanya disebabkan oleh adanya udara yang masuk melalui permukaan atau lubang di permukaan TPA karena penyedotan gas TPA yang berlebihan atau karena porositas tumpukan sampah yang longgar akibat kurangnya proses pemadatan pada proses penimbunan sampah.

Temperatur kebakaran permukaan TPA antara 80-230°C sedangkan temperatur hot spot antara 309-406°C. Kebakaran diikuti dengan bau yang bersifat iritan akibat terbentuknya asam-asam organik hasil pembakaran yang tidak sempurna. Temperatur yang meningkat dapat pula menguapkan kontaminan berbahaya seperti arsenik dari limbah kayu. Jika sampah yang terbakar mengandung material yang mudah terbakar seperti ban dan plastik, temperatur akan meningkat tinggi dan timbul asap hitam yang pekat. Pada kondisi tersebut akan teremisikan kontaminan yang bersifat karsinogen.

 

Sumber:

Sumber Gambar: KOMPAS.COM/Bagus Puji Panuntun

Bates, Margaret. 2004. Managing Landfill Site Fires in Northamptonshire. University College Northampton: Environment and Transport Scrutiny Committee, Northamptonshire County Council.

Copping, Simon, et.al. 2007. Review and Investigation of Deep-Seated Fires Within

Landfill Sites. UK: Environment Agency.

Dueñas and Associates Project Team. 2005. Estimation of Potential Landfill Gas Yields for the Ordot Dump. Department of Public Works, Government of Guam.