PENGELOLAAN TUKAD SABA DI KABUPATEN BULELENG MELALUI MODEL PEMBANGUNAN PARTISIPATORIS MENUJU DESTINASI WISATA SUNGAI
Oleh: Made Witari. SST. M.Si
Daerah
aliran sungai (DAS) Saba merupakan salah satu DAS yang ada di Kabupaten
Buleleng. Sungai dalam bahasa yang digunakan di Bali biasa disebut dengan tukad
yang merupakan salah satu sungai penting yang bermuara ke Laut Bali dekat
Seririt. Dalam batasan drainase, Sungai Saba adalah salah satu sungai terbesar
di Bali dan bermuara di sepanjang pantai utara. Sungai Saba memiliki panjang
sekitar 36 km, dan mengalir melalui daerah Buleleng yang relatif kering.
DAS
Saba merupakan salah satu pemasok air untuk lahan pertanian yang ada di daerah
Buleleng. Selain itu, Tukad Saba merupakan sungai lintas kabupaten yang daerah
pengalirannya meliputi Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng. Hulu Tukad
Saba berada di Desa Pujungan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan dan muaranya
berada di Desa Pengastulan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng. Air Tukad Saba
di bendung untuk penyediaan air irigasi, serta pembangkit listrik.
Dahulu,
Tukad Saba sangat identik dengan pencemaran sampah terutama di daerah hilir /
muara sungai yang berlokasi di Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt. Seperti
yang terlihat di aliran muara Tukad Saba Kelurahan Seririt, sampah plastic
menghiasi muara sungai, kesucian dari pada aliran sungai tersebut seakan tidak
berarti. Selain itu, pencemaran sampah akan merusak ekosistem lingkungan dan
bencana ekologi. Bahkan ancaman serius bagi pariwisata di Bali Utara yang salah
satu andalannya habitat lumba-lumba yang hidup diperairan Buleleng. Penyebab
tercemarnya Tukad Seririt ini diduga ulah oknum yang sengaja membuang sampah
tanpa memperhatikan dampak bahaya Lingkungan. Tidak hanya mengotori lautan,
sampah plastik dapat merusak biota laut, merusak terumbu karang, dan berbahaya
bagi keberlangsungan kehidupan manusia.
Namun
kondisi Tukad Saba sangat berbeda saat ini, dimana Tukad Saba kondisinya sudah
jauh lebih bersih karena hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah daerah
khususnya Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng yang telah membentuk
kelompok petugas sungai yang berjumlah 12 orang pada bulan Januari 2020. Petugas sungai secara rutin bertugas untuk
melakukan penataan dan pembersihan sungai dari sampah khususnya sampah plastik.
Dengan kondisi Tukad Saba yang saat ini cukup bersih
maka atraksi wisata air di Tukad Saba yang berbasis pada potensi perairan dapat
dijadikan salah satu usaha diversifikasi atraksi yang dapat ditawarkan kepada
konsumen atau wisatawan.
Beberapa aktivitas wisata sungai yang nantinya dapat dilakukan di
area Tukad Saba adalah :
1. Berperahu atau berkano (canoeing);
yaitu berwisata dengan menggunakan perahu-perahu kecil mengelilingi sungai
untuk menikmati pemandangan alam sambil melihat
budaya masyarakat yang tinggal disekitar Tukad Saba.
2. Trekking : Berjalan menyusuri bantaran sungai / Tukad Saba sambil melihat
pemandangan alam disekitar sungai
3. Wisata Susur Sungai dengan perahu tradisional atau berupa rakit bamboo yang berjalan pelan menyusuri sungai.
4. Memancing dan foto selfi : kegiatan memancing sangat digemari oleh beberapa wisatawan terutama wisatawan nusantara sambil berfoto selfi.
Pengelolaan Tukad Saba
sebagai destinasi wisata sungai dapat diwujudkan melalui model pembangunan
partisipatoris. Beberapa azas
yang menjadi dasar keberhasilan dalam pembangunan partisipatoris di Tukad Saba
adalah :
1. Azas
Partisipatif
Bahwa untuk mewujudkan Tukad Saba sebagai destinasi wisata sungai dibutuhkan partisipasi
aktif dari para pihak yang berkepentingan yang dapat diuraikan menjadi : warga
masyarakat, pemerintah, komponen pariwisata, kelompok lembaga swadaya
masyarakat serta generasi muda (pelajar dan mahasiswa). Adapun bentuk
partisipasi ini antara lain, partisipasi langsung dalam kegiatan pencegahan dan
penanganan sumber-sumber yang mengakibatkan terjadinya pencemaran di Tukad Saba,
melibatkan stakeholder dalam perencanaan dan pengambilan keputusan apakah dengan
sistem perwakilan ataupun langsung serta mendengarkan aspirasi para pihak yang
berkepentingan untuk ditindaklanjuti sebagai masukan dalam menetapkan
program yang direncanakan.
2. Azas
Ekonomi
Setiap aktivitas yang memberikan peluang bagi
diperolehnya pendapatan akan menjadi faktor penarik dibandingkan tidak adanya
harapan ekonomis. Oleh karena itu sistem penanganan yang direncanakan
sepantasnya mencoba mengangkat peluang-peluang ekonomi yang ada pada aktivitas
pengelolaan sampah.
3. Azas
Terpadu
Segala aktivitas yang menyangkut masalah Tukad Saba
harus memperhatikan aspek keterlibatan semua komponen secara sistematik,
holistik dan terpadu, sehingga tidak menimbulkan tarik menarik dan kecemburuan
diantara kelompok masyarakat.
4. Azas
Keseimbangan
Sebagai sebuah upaya bersama maka program wisata sungai
di Tukad Saba ini juga harus memperhatikan aspek keseimbangan antara
partisipasi dengan ganjaran yang harus diterima atau antara hak dan kewajiban
yang dapat dinikmati oleh para pihak yang berkepentingan. Misalnya warga yang
telah memberi kontribusi nyata terhadap upaya konservasi patut diberikan
penghargaan. Para pihak yang berkontribusi negatif patut diberikan sanksi,
serta pihak pihak lain yang turut menikmati kawasan turut berkewajiban
memberikan kontribusi dalam bentuk larangan atau retribusi.
5. Azas
Berkesinambungan
Bahwa apa yang direncanakan dan dilaksanakan berkaitan dengan pelibatan aktivitas masyarakat secara umum harus disosialisasikan sebagai upaya untuk mempertahankan kualitas lingkungan agar dapat dinikmati keberadaannya dalam waktu yang panjang.
Pengelolaan Tukad Saba menuju destinasi wisata sungai dilaksanakan untuk dapat meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat setempat pada khususnya. Model pengelolaan yang dapat dilakukan untuk dapat mewujudkannya adalah dengan model pembangunan partisipatoris yang melibatkan masyarakat sekitar pada khususnya dan semua pihak yang berkepentingan seperti pemerintah, para pengusaha pariwisata dan kelompok lembaga swadaya masyarakat serta generasi muda. Pengelolaan Tukad Saba sebagai destinasi wisata sungai diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat setempat terhadap keasrian kawasannya serta mewujudkan pembangunan pariwisata di Bali yang lestari dan berkelanjutan.