Di Indonesia masih banyak ditemukan pemakaian plastik yang merupakan salah satu material digunakan untuk kemasan sekali pakai. Namun sayang, pengelolaan sampah plastik di Indonesia belum dikelola dengan baik. Salah satu penyumbang masalah utama dalam pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah maupun laut adalah sampah plastik. Masalah ini timbul dikarenakan sifat sampah plastik yang tidak mudah terurai, butuh ratusan tahun bila terurai secara alami.
Apa itu Sampah Plastik?
Sampah plastik adalah semua barang bekas atau tidak terpakai yang materialnya diproduksi dari bahan kimia tak terbarukan. Sebagian besar sampah plastik yang digunakan sehari-hari biasanya dipakai untuk pengemasan. Jadi, kantong plastik juga masih sering dipakai sebagai tempat sampah organik yang akan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Melansir Daihatsu.co.id dari situs UN Environment, bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik biasanya berasal dari minyak, gas alam, dan batu bara. Sejak 1950, sampah plastik yang diproduksi mencapai 8,3 miliar ton dan sekitar 60% plastik berakhir di tempat pembuangan sampah atau tercecer di lingkungan alam. Secara tidak sadar, penggunaan plastik mungkin sudah menjadi comfort zone bagi banyak orang. Saat berbelanja, kemasan dan kantong plastik juga menjadi alternatif yang praktis, mudah didapatkan. Bagi para pelaku industri, bahan plastik juga relatif murah dibandingkan material lainnya.
Kantong
plastik masih menjadi isu pembicaraan penting di dunia pengelolaan sampah.
Harganya yang relatif murah, mudah digunakan dan gampang diperoleh, membuat
kantong plastik telah menjadi bagian dari hidup manusia. Hampir
semua kemasan makanan dan pembungkus barang dan makanan menggunakan plastik dan
kantong plastik. Belum lagi plastik untuk kebutuhan lain seperti peralatan dan
perabotan rumah tangga, alat olahraga, mainan anak-anak, peralatan elektronik
maupun medis, dan sebagainya. Melansir dari
inswa.or.id Fenomena booming sampah plastik telah menjadi momok yang
menakutkan di setiap belahan bumi. Tidak saja di negara-negara berkembang
tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Jepang.
Penggunaan material plastik saat ini di negara-negara Eropa
Barat mencapai 60kg/orang/tahun, dan di Amerika Serikat mencapai
80kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2kg/orang/tahun.
Masih dari inswa.or.id,
menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, yang menduduki peringkat
kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah
adalah jenis sampah plastik dan mampu menggeser sampah jenis kertas yang
tadinya di peringkat kedua menjadi peringkat ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton
per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi sampah. Menurut laporan
Environmental Protection Agency (EPA) US, di Amerika saja, produksi sampah
plastik meningkat dari kurang dari satu persen pada tahun 1960 menjadi 12
persen atau sekitar 30 juta ton pada 2008 dari jumlah total produksi sampah
domestik negara ini. Kategori sampah plastik yang terbesar berasal dari kemasan
dan wadah seperti; botol minuman, tutup botol, botol sampo dan lainnya. Jenis
sampah plastik juga ditemukan pada jenis barang plastik yang penggunaanya
bertahan lama seperti pada peralatan perlengkapan dan perabotan, dan barang
plastik yang penggunaannya tidak bertahan lama seperti, diaper, kantong
plastik, cangkir sekali pakai, perkakas, dan perlengkapan medis.(inswa.or.id)
Melansir Daihatsu.co.id
Selama masa pandemi Covid-19, sampah menjadi permasalahan baru yang muncul di
lingkungan. Dilansir dari BBC Indonesia, jumlah layanan GoFood meningkat hingga
20%, sementara GrabFood juga mengalami peningkatan sebesar 4%. Frekuensi
belanja online di Jabodetabek diperkirakan naik dari 1 – 5 kali sebulan menjadi
1 – 10 kali. Sementara berdasarkan survei LIPI pada 20 April – 5 Mei 2020,
disebutkan bahwa aktivitas belanja online juga meningkat hingga 62% dengan 96%
dari total jumlah paket menggunakan selotip, pembungkus plastik, dan bubble
wrap. Pembelian alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dan face
shield juga meningkat dari 4% menjadi 36%.
Sampah
plastik membawa dampak negatif yang luar biasa bagi kehidupan manusia dan
lingkungan. Dampak atau bahaya dari sampah jenis plastik ini antara lain;
pencemaran air laut yang dapat mengganggu rantai makanan dan membunuh hewan
laut, pencemaran air tanah karena sampah plastik tidak mudah terurai, penyebab
polusi udara yang dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia, menimbulkan
racun karena memproduksi plastik menggunakan bahan kimia beracun, biaya penanggulangan
dan pengelolaan sampah plastik sangat mahal dan dapat menurunkan pendapatan
negara dari sektor pariwisata.
Langkah
terbaik dalam mengurangi sampah plastik adalah menggunakan bahan organik yang
lebih mudah terurai. Yang perlu dibiasakan di masa pandemi ini adalah membawa
peralatan makan yang terbuat dari Stainless steel dan kayu untuk mengurangi
penggunaan sampah plastik, misal sendok plastik yang merupakan salah satu
sampah dari alat makan plastik sekali pakai. Beberapa kebiasaan
kecil yang dapat mengurangi potensi sampah plastik antara lain membiasakan
masak di rumah. Dengan membiasakan masak di rumah, bisa mengurangi potensi
penggunaan sampah plastik. Apalagi di era digital seperti saat ini, dengan
anggapan lebih praktis dan lebih hemat waktu, banyak yang memesan makanan siap
saji dan pasti dikemas dengan bahan plastik. Sadarkah anda bahwa dengan memesan
makanan siap saji justru akan menambah sampah plastik. Selalu membawa tas belanja atau goodie bag saat
bepergian. Saat ini sudah banyak minimarket atau supermarket yang tidak
menyediakan kantong plastik untuk wadah belanjaan. Selalu bawa tas belanja atau
goodie bag meski tidak niat untuk berbelanja, setidaknya hal ini dilakukan
untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu punya niat untuk belanja. Belanja
dengan ukuran yang lebih besar misal membeli kecap kemasan yang biasanya 500 ml
diganti menjadi 1 liter, membeli minyak goreng kemasan 1 liter diganti yang
kemasan 2 liter dan seterusnya. Gunakan lap kain basah untuk mengganti
penggunaan tisu basah. Penggunaan tisu basah memang lebih praktis untuk
membersihkan beberapa peralatan rumah tangga, tapi tanpa disadari ternyata tisu
basah mengandung resin plastik yang sangat sulit larut dalam air. Alangkah
lebih bijaksana apabila penggunaan tisu basah diganti dengan lap basah saja.
Masalah sampah plastik mungkin terkesan sepele, tapi dampaknya bagi lingkungan
sangat luar bisa. Bukan untuk masa yang akan datang tapi juga di masa sekarang.
Mulailah lebih bijaksana dari sekarang untuk mengurangi penggunaan bahan
keperluan rumah tangga yang berbahan plastik. Selamatkan pencemaran lingkungan
dari sampah plastik ya!.
Sumber: https://kumparan.com/hericust/sampah-plastik-di-sekitar-kita-antara-kebutuhan-dan-masalah-yang-ditimbulkan-1wAJupNqFrX/full [28/4/2022]